..::Enam batu cinta::..

Posted by Nur Islam on 09 April 2009. Filed under:


Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup dalam untuk menghantar kami ke arah berdampingan seumur hidup, menuju kepada kesetiaan yang sempurna? Bagaimana kami dapat yakin bahwa cinta kami ini cukup matang untuk diikat sumpah nikah serta janji untuk berdampingan seumur hidup sampai maut memisahkan?


Pertama, Ujian untuk merasakan sesuatu bersama.Cinta sejati ingin merasakan bersama, memberi, menghulurkan tangan.Cinta sejati memikirkan pihak yang lainnya, bukan memikirkan diri sendiri. Jika sahabat membaca sesuatu, pernahkah sahabat berfikir, saya ingin memberi ini bersama sahabatku? Jika sahabat merencanakan sesuatu,adakah sahabat hanya berfikir tentang apa yang ingin sahabat lakukan, ataukah apa yang akan menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis Jerman pernah mengatakan, “Mereka yang ingin bahagia sendiri,janganlah kawin. Kerana yang penting dalam perkawinan ialah membuat pihak yang lain bahagia. Mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain, janganlah kawin. Karena yang penting di sini ialah mengerti pasangannya.Maka batu ujian yang pertama ialah:“Apakah kita dapat sama-sama merasakan sesuatu? Apakah aku ingin menjadi bahagia atau membuat pihak yang lain bahagia?”


Kedua, Ujian kekuatan.Saya pernah menerima surat dari seorang yang jatuh cinta, tapi sedang risau hatinya. Dia pernah membaca entah di mana, bahwa berat badan seseorang akan berkurang kalau orang itu betul-betul jatuh cinta. Meskipun dia sendiri mencurahkan segala perasaan cintanya, dia tidak kehilangan berat badannya dan inilah yang merisaukan hatinya. Memang benar, bahwa pengalaman cinta itu juga dapat mempengaruhi keadaan jasmani. Tapi dalam jangka panjang cinta sejati tidak akan menghilangkan kekuatan kalian; bahkan sebaliknya akan memberikan kekuatan dan tenaga baru pada sahabat. Cinta akan memenuhi sahabat dengan kegembiraan serta membuat sahabat kreaktif, dan ingin menghasilkan lebih banyak lagi.Batu ujian kedua:“Apakah cinta kita memberi kekuatan baru dan memenuhi kita dengan tenaga kreaktif, ataukah cinta kita justeru menghilangkan kekuatan dan tenaga kita?”


Ketiga, Ujian penghargaan.Cinta sejati bererti juga menjunjung tinggi pihak yang lain. Seorang gadis mungkin mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan meraih banyak gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, “apakah aku mengingini dia sebagai ayah dari anak-anakku? “, jawabnya sering sekali menjadi negatif. Seorang pemuda mungkin mengagumi seorang gadis, yang dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia bertanya pada diri sendiri, “apakah aku mengingini dia sebagai ibu dari anak-anakku? “, gadis tadi mungkin akan berubah dalam pandangannya.Pertanyaannya ialah: “Apakah kita benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada yang lainnya? Apa saya bangga atas pasanganku?”


Keempat, Ujian kebiasaan.Pada suatu hari seorang gadis Eropa yang sudah bertunang datang padasaya. Dia sangat risau, “Aku sangat mencintai tunanganku,” katanya, “tapi aku tak tahan caranya dia makan epal.” Gelak tawa penuh pengertian memenuhi ruangan. “Cinta menerima orang lain bersama dengan kebiasaannya. Jangan kawin berdasarkan kefahaman yang sedikit, lalu mengira bahawa kebiasaan-kebiasaan itu akan berubah di kemudian hari. Kemungkinan besar itu takkan terjadi. Sahabat harus menerima pasanganmu seadanya beserta segala kebiasaan dan kekurangannya.Pertanyaannya: “Apakah kita hanya saling mencintai atau juga saling menyukai?”


Kelima, Ujian pertengkaran .Bilamana sepasang muda mudi mengatakan ingin kawin, saya selalu menanyakan mereka, apakah mereka pernah sesekali benar-benar bertengkar - tidak hanya berupa perbezaan pendapat yang kecil, tetapi benar-benar bagaikan berperang. Seringkali mereka menjawab, “Ah, belum pernah lagi, kami saling mencintai.” Saya katakan kepada mereka, “Bertengkarlah dahulu barulah kamu boleh kawin.” Persoalannya tentulah, bukan pertengkarannya, tapi kesanggupan untuk saling berdamai lagi. Kemampuan ini mesti dilatih dan diuji sebelum kawin. Bukan seks, tapi batu ujian pertengkaranlah yang merupakan pengalaman yang “diperlukan” sebelum kawin.Pertanyaannya: “Bolehkah kita saling memaafkan dan saling mengalah?”


Keenam, Ujian waktu.Sekiranya sahabat ragu-ragu tentang perasaan cintamu, sang waktu akanmemberi kepastian.Tanyakan: “Apakah cinta kita telah melewati musim panas dan musim dingin? Sudah cukup lamakah kita saling mengenal?” ( ini buat yang sudah bernikah ) (sumber: dari berbagai sumber)

No Responses to ..::Enam batu cinta::..